Jumat, 09 Januari 2009

JALAN LURUS SATU KITA JALAN LURUS KITA SEMUA


MENGAPA SAKIT ?
MENGAPA SENGSARA?
MENGAPA TIDAK BAHAGIA?


Hampir semua manusia, mempunyai tujuan hidup: kaya, sehat, banyak kawan, berkuasa, suami tampan-isteri cantik, mertua baik hati /kaya, semua kebutuhannya tercukupi, tua tidak pikun, mati dalam keadaan enak/ tidak kesakitan dan masuk surga, dll. Tidak ada yang ingin sengsara alias tidak bahagia.

Banyak cara untuk mencapai tujuan hidup tsb, contoh :

  • Tujuannya kaya =>kerja keras=> memang menjadi kaya tapi lupa menjaga kesehatan => sakit
  • Tujuannya mendapat isteri cantik => memburu wanita cantik dengan memakai jalan pintas (al. pelet) => memang dapat isteri cantik tetapi akhirnya isteri menyakitkan hati.
  • Tujuannya jadi penguasa => mengumpulkan/ mencari masa pendukung (dengan cara apa saja) => memang jadi penguasa namun akhirnya masuk penjara karena uang untuk mendapatkan masa diperoleh dari jalan tidak benar.
Dengan kata lain mengapa sakit, mengapa sengsara dan mengapa dipenjara adalah karena diri kita sendiri. Mengapa ? Karena tujuan hidup kita berfokus hanya pada tujuan hidup parsial. Bukan pada tujuan hidup totalitas.

TUJUAN HIDUP PARSIAL
VERSUS
TUJUAN HIDUP TOTALITAS


Apa yang disebut tujuan hidup totalitas ? Tujuan hidup totalitas adalah sejahtera di sepanjang masa (saat hidup di dunia, saat mati dan saat setelah mati).

Untuk mencapai mencapai tujuan hidup tsb prakteknya susah tetapi rumusnya gampang. Rumusnya adalah yaitu selalu segera berbuat baik kepada semua mahluk berdasarkan petunjuk Yang Maha Pencipta / Yang Maha Kuasa (YMP/YMK)

Mengapa harus selalu segera berbuat baik kepada semua mahluk ? Sebabnya adalah:
  • Kita tidak tahu di mana dan kapan kita mati sehingga sebelum terlambat dan menyesal maka perlu bahkan harus segera berbuat baik.
  • Makhluk diciptakan saling bergantung. Setiap mahluk (demikian pula manusia) tidak bisa hidup tanpa adanya kontribusi / bantuan / dukungan mahluk lain.
  • Karena ketergantungan itu maka prestasi / keber-hasilan yang diraih manusia merupakan hasil karya semua mahluk (langsung/tidak langsung).
  • Karena keberhasilan yang diraih manusia merupakan hasil karya semua mahluk (langsung / tidak lang-sung) maka manusia berhutang budi kepada semua makhluk
  • Hutang budi harus dibalas. Kalau tidak ditunaikan akan dituntut oleh semua mahluk (langsung/ tidak langsung).
  • Oleh sebab itu manusia harus selalu segera membalas budi kepada semua mahluk (langsung/ tidak langsung. Caranya adalah segera dan selalu berbuat baik kepada semua mahluk (langsung/ tidak langsung) dan tidak berbuat kerusakan.
Dalam berbuat baik manusia perlu petunjuk YMK karena pengetahuan manusia tentang berbuat baik relatif sangat terbatas. Pengetahuan manusia dibatasi oleh latar belakang usia, pendidikan, daya nalar, malas / tidaknya menggali ilmu dll. Padahal pengetahuan tentang berbuat baik itu sendiri sesungguhnya sudah ada di sekeliling kita namun tersebar pada banyak dan sumber serta tersimpan pada generasi terdahulu. Baik yang tertulis (kitab suci, kitab iptek, sejarah, hukum-hukum, dll), maupun yang terdengar, terlihat dan yang masih belum bisa dilihat, didengar apalagi dituliskan. Pengetahuan tsb tidak akan habis bila dituliskan dan saking luas dan banyaknya maka pengetahuan tsb dinamakan pengetahuan yang dibuat / berasal dari Yang Maha Tahu atau Yang Maha Kuasa.

Inti dari pengetahuan yang tersebar luas dari YMK tsb adalah: pedoman /hukum-hukum/etika /larangan dalam hidup, kebahagiaan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, kesengsaraan bagi orang-orang yang berbuat kejahatan.

MENGAPA TIDAK MUDAH
MENCAPAI TUJUAN TOTALITAS ?


Pada umumnya orang terdorong lebih berfokus pada tujuan hidup parsial dan melupakan tujuan hidup totalitas. Mengapa? Karena ada dorongan/ bisikan / ajakan dari dalam hati (sebagai efek dari luar) agar memakai jalan pintas (dorongan negatif)

Dorongan negatif dan positif memang selalu datang silih berganti setiap saat (24 jam minus tidur) sehubungan dengan adanya takdir (sesuatu yang “given”) yang ada pada diri manusia. Contoh :
  • Takdir menjadi manusia memerlukan makan. Saat tiba waktu makan, ia ingin makan . Karena tak ada uang lantas berkecamuklah dua ajakan /dorongan dalam hati. Dorongan yang positif -jika ingin bertujuan totalitas - adalah mengikuti petunjuk bahwa untuk makan perlu berusaha (mesti kerja). Sedangkan dorongan yang negatif adalah ‘mencuri’. Tinggal kita pilih yang mana ? Yang totalitas ataukah yang parsial.
Dorongan dari dalam hati untuk berbuat positif tsb mengarah kepada apa yang disebut jalan lurus atau jalan menuju tujuan hidup totalitas yakni sejahtera di sepanjang masa (saat hidup di dunia, saat mati dan saat setelah mati) selalu segera berbuat baik kepada semua mahluk berdasarkan petunjuk Yang Maha Pencipta / Yang Maha Kuasa (YMP/YMK)

Beberapa Kitab Suci mendefinisikan jalan lurus sbb:

Dalam Kitab Suci Al Quran (Dinul Qoyimah)
  • Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (QS. 19:36; 36:61, 30:30). Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al-Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS. 98:4-5), dll
Dalam Kitab Suci Sang Budha
  • Jalan Tengah, yang memberikan penerangan dan menuju kepada ketenangan, kepada kein-syafan, pencerahan, Nirwana (Sabda Budha).
Dalam Kitab Suci Injil
  • Kebodohan adalah kesukaan bagi yang tidak berakal budi, tetapi orang yang pandai berjalan lurus (Injil, Amsal 15:21).
  • Jejak orang benar adalah lurus, sebab Engkau yang merintis jalan lurus baginya. (Injil, Yesaya 26:7)
Dalam Kitab Susi (Khong Fu Cu)
  • “Firman Thian (Tuhan Yang Maha Esa) itu dinamakan Watak Sejati. Hidup mengikuti Watak Sejati itu dinamakan menempuh Jalan Suci. Bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamakan Agama Jalan Suci tidak boleh terpisah biar sekejappun. Yang boleh terpisah itu bukan Jalan Suci….(Sabda Khong Fu Cu dalam Kitab Suci Susi, Tengah Sempurna Bab Utama).
Jalan lurus diciptakan oleh YMK dengan sebutan bermacam-macam sebagaimana sebutan kepadaNya yang juga berbeda-beda karena KemahaBesaranNya. Di antaranya adalah : jalan (agama) Tao, jalan (agama) Khong Fu Su, jalan (agama) Islam/Muslim, jalan (agama) Kristiani, jalan (agama) Hindu, jalan (agama) Budha, Ada jalan penganut kepercayaan.

Semua jalan tsb dihadirkan karena YMK mengasihsayangi manusia yang diciptakan dalam keadaan bernekaragam itu dan sekaligus sebagai bukti Maha KuasaNya. Mana yang benar ? Ajaran YMK tidak pernah salah. Yang berperan adalah manusianya yang ada kemungkinan :
  • tidak tahu,
  • lupa sehingga tergelincir (akibat godaan mahluk ciptaan Nya yang berfungsi menggoda /menyesatkan)
Karena tidak tahu atau lupa, maka manusia :
  • tidak mengerjakan / mengikuti syariat yang telah diberlakukan padanya
  • hanya mengagung-agungkan nabi/rasul /orang-orang suci tertentu serta mengecilkan arti rasul /nabi lainnya
  • suka memperdebatkan konsep (hanya untuk mendapatkan pengakuan /jastifikasi bahwa “kamu benar “ atau “ jalan/ agamamu benar”) dan lupa melaksanakan kewajiban untuk berbuat baik kepada semua mahluk, terutama manusia
  • menjadikan jalan / agama sebagai alat untuk kepentingan sesaat (mengumpulkan umat, berpolitik, dll) sehingga timbullah ber-bangga-bangga dan kedengkian serta mencela umat lain,
  • menghalalkan yang diharamkan, mengharamkan yang dihalalkan, mengubah firman / mempelajari firman tidak secara keseluruhan,
  • tidak mau mempelajari dan memahami umat lainnya sehingga tidak mengetahui anugerah YMK yang diberikan kepada berbagai umatNya, memaksakan suatu syariat agama tertentu kepada pengguna syariat agama lain lain padahal hikmahnya sama, berlebih-lebihan dalam melaksanakan syariat sehingga menyimpang dari inti dll

Beberapa firman yang berkaitan menjelaskan sbb :
  • Katakanlah (hai orang-orang mukmin) : " Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. 2:136)
  • Katakanlah:"Hai Akhli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan al-Quran yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Mu-hammad) dari Rabbmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu. (QS. 5:68).
  • Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 5:69)
  • Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.(Injil, Ikorintus 4:6)
  • “Dua hal ini, oh petapa, tidak akan dilakukan oleh mereka yang pergi dari dunia ini. Apakah dua hal itu ? Yang pertama adalah bersatu dengan nafsu rendah, yang bisa diabaikan dan tak berguna. Yang kedua adalah bersatu dengan penyiksaan diri yang menya-kitkan, bisa diabaikan dan tak berguna. Menghin-darkan dua ekstrem ini, Tathagata telah men-capai pengetahuan tentang Jalan Tengah, yang memberikan penerangan dan menuju kepada ketenangan, kepada keinsafan, pencerahan, Nirwana. (Sabda Budha)
Siapapun yang berusaha memahami dan mempraktekkan jalan lurus akan mendapatkan hikmah bahwa tidak ada manusia yang salah. Yang ada adalah manusia yang tidak tahu atau lupa sehingga berbuat seperti itu. Sudah menjadi kehendakNya terjadi seperti itu sehingga kita tidak bisa begitu saja merubah keadaan manusia tanpa izinNya.

Dengan melihat kenyataan ini maka sesungguhnya manusia yang masih bertikai adalah manusia-manusia yang sama-sama tidak tahu atau lengah. Adalah tugas manusia yang lebih tahu dan tidak lengahlah untuk memberitahu dan mendamaikan mereka dengan sabar, tanpa memaksakan dan dengan menggunakan petunjukNya.

YMK tidak membeda-bedakan manusia dan ajaran / syariat yang dipakai oleh manusia. Yang paling menentukan adalah kesungguhan seseorang untuk segera dan selalu berjalan di jalan lurus sesuai ajaranNya
  • Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 2:62).
  • Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari Ke-mudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang me-merlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang mene-pati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sa-bar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. 2:177).
  • Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini dan serulah kepada (agama) Rabbmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah:"Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan" (QS. 22:67-68)
  • Penganut yang menyembah Tuhan lain dengan takwa sesungguhnya menyembah Aku, (meskipun) dengan cara tidak teratur (Weda, Baghawat Gita IX.23),
  • Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan Taurat dan kitab para nabi melainkan untuk menggenapinya (Injil, Matius 5:17)
  • … karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah yang paling kecil dan mengajarkannya demikian kepada orang lain akan menduduki tempat yang paling rendah di surga. Jika kehidupan keagamaanmu tidak lebih baik dan benar daripada Akhli Taurat dan Farisi, kamu tidak masuk kerajaan surga (Injil, Matius 5:19-20), dll